Saat ibuku yang jauh-jauh datang dari Jawa Barat ke rumahku di Jawa Timur, aku masak sayur bayam dan ayam ungkep goreng sebagai jamuan selamat datangnya. Belakangan kusesali karena betapa konyolnya menu itu. Ia datang dari desa, yang kenyang dengan sayuran semacam bayam, dan ayolah ayam goreng apa spesialnya. Pantas saja responnya saat itu jauh dari harapanku. Harusnya aku memasakannya masakan Jawa Timur-an yang ia kangeni seperti soto, rawon, atau membelikannya rujak cingur, atau nasi jagung. Yap, aku sering mengutuki diri sendiri, betapa bodohnya aku, bahkan untuk sebuah kejadian kecil seperti ini. Merenungkannya lama, rasanya saat itu aku melakukan yang terbaik sebisaku, menurutku benar saat itu. Seperti menu jamuan Ibuku tadi, aku memasak sayur bayam dan ayam ungkep goreng karena saat itu masakan terbaikku itu, skill memasakku menu andalan yang selalu enak dan habis ya itu. Aku hanya berpikir memberikannya jamuan dari masakan terbaikku, tanpa mempertimbangkan pilihan memikirkan menu yang ia kangeni, menu yang bosan ia makan atau membeli makanan jadi saja.
Sungguh pertimbangan itu muncul belakangan ini, setelah terjadi, lalu menyadari itu salah. Kejadian seperti ini sangat sering terjadi rasanya. Seperti sudah memilih dan melakukan yang benar, bahkan jika dipikir berulang kali. Tapi lain waktu, sadar kalau itu keliru. Jika itu kejadian sepele, mungkin hanya berhenti di menyesal. Tapi jika kejadian itu penting, maka aku bisa berlarut-larut memikirkannya sembari mengutuk diri sendiri, menyesali betapa memalukan atau bodohnya yang sudah kulakukan atau kupilih. Kini aku jauh lebih santai dengan itu semua, semenjak membaca buku karya Mark Manson berjudul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.
Yap, buku ini membekas sekali terutama bab 6. Anda Keliru tentang Semua Hal (Tapi, Saya Pun Begitu). Bahwa kita memang bergerak dari salah banyak ke salah sedikit lalu ke salahlebih sedikit, dan itu sangat tidak apa-apa. Kekeliruan justru membuka kemungkinan adanya perubahan dan menandakan bahwa kita bertumbuh. Secara keseluruhan buku setebal 246 halaman ini memang unik dan mind blowing sekali. Bahkan saat pertama kali baca judulnya yang hah?!, judul aslinya adalah The Subtle Art of Not Giving A Fuck, pendekatan yang waras demi menjalani hidup yang baik, begitulah cover dalam buku ini. Berisi 9 bab dengan judul sub bab yang tak kalah unik, seperti Jangan Berusaha, Kebahagiaan itu Masalah, Anda Tidak Istimewa dan seterusnya, aneh bukan?!, tapi isinya sungguh menyegarkan. Semacam tamparan kecil yang menyadarkan untuk mengoreksi harapan-harapan delusional kita, baik tentang diri kita sendiri maupun dunia juga menerima batasan-batasan diri. Tepat saat kita mampu mengakrabi ketakutan, kegagalan, dan ketidakpastian tepat saat kita berhenti melarikan diri dan mengelak, lalu mulai menemukan keberanian dan kepercayaan diri yang selama ini kita cari dengan sekuat tenaga, disitulah kita bisa menjalani kehidupan yang lebih memuaskan dan apa adanya. Very recommended dan worth it untuk dibaca.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar